Waktu Minggu lalu. Tepatnya waktu
anak kelas 3 sedang berjuang untuk UN. Gue berjuang untuk membuat mading akidah
akhlak. Jadi selama libur 2 Minggu itu, kita buat mading. Tapi ngga pernah
jadi- jadi. Sudah beli bahannya di agung tapi belum ada ide. Jadinya tinggal
deh, ngerumpi.
Karena kita semua santai banget.
Ngga terasa 2 Minggu berlalu. Kita pun kalang kabut. Jadi kita bertujuh pun
segera menggelar rapat di rumah Dewi. Padahal kalau kita mau berfikiran simple,
tinggal beli gabus dan tulisan tinggal ditempel. Itu aja. Tapi sayangnya kita
ngga mau seperti itu. Kita mau yang 3 dimensi.
Akhirnya waktu malam sabtu, gue
berjuang sendirian membuat pola- pola untuk dibawa besok ke rumah Dewi, sampai
jam 2 malam, bray! Kenapa gue Cuma sendirian? Karena (katanya) gue yang punya
ide. Hiks.
Pas paginya, gue dimarahin gara-
gara telat bangun. Pulang sekolah gue dan Niar langsung cabut ke rumahnya Dewi.
Nanti Tami sama Amri nyusul. Dua yang lainnya, ngga bisa datang. Ngga apa- apa
sih.
Setelah semuanya kumpul, dimulai lah
pembuatan madingnya. Pas malam Minggu lagi. Awalnya kita kerja kebanyakan
ketawanya tapi, pas sudah mau jam 8 pada serius semua. Soalnya harus selesai
jam 9. Karena gue dan Niar pulang naik angkot.
Sampai jam setengah 10, madingnya
belum jadi seutuhnya. Gue mulai panik, keringat dingin gue mulai keluar.
Padahal malam itu mendung. Tapi, sepertinya hanya gue yang panik.
Jam setengah 10, baru selesai.
Karena takut pulang, gue dan Niar minta diantar sama Amri. Andaikan rumahku
dekat mungkin gue berani. Mungkin. Ditambah lagi jalanan rumah Dewi yang sepi
banget. Akhirnya kita pulang bertiga. Naik motor. Yang ditengah? Jangan ditanya.
Begitu ke arah luar jalanan, rameeeee
banget. Kita lupa kalau ini malam minggu. Aduh. Tapi gue tetap minta diantar
sampai dekat rumah. Karena biasanya jalanan sudah sepi. Tapi begitu masuk,
ternyata masih ramai banget, bray!
*geleng- geleng
Ini mading kita,
tadaaa:
No comments:
Post a Comment