Pulang dari toko, Fandy tiba- tiba tanya 'mau hadiah apa?'
"Jam tangan yang tadi, haha"
Dia mengiyakan.
Lusanya saat kita mau ke kampus, kita lewat jalan yang tidak biasanya. Awalnya saya tidak sadar karena melamun, memikirkan banyak hal gitu. Tapi ujung- ujungnya saya jadi sadar kalau kita mau ke toko itu. Saya sempat bilang kalau tidak jadi saja hadiahnya karena mahal. Kan lumayan kalau beli yang biasa- biasa saja bisa dapat dua. Tapi saya malah dimarahi. Katanya tidak apa-apa. Tapi jam Sex Pistols-nya sudah ga ada. Sebagai gantinya saya pilih yang NOFX, karna Fandy juga suka itu.
Ya sudah.
Tapi Fandy kasihan sih, dia kan tidak punya jam juga. Jadi saya bilang ke dia, jamnya kita pakai sama- sama saja.
Setibanya di kampus, saya mencari Andrian mau pamer gitu. Dia bilang bagus sih, tapi bikinnya gampang tinggal dimasukkan gambar NOFX-nya. Katanya dia bisa bikin.
Setibanya di kampus, saya mencari Andrian mau pamer gitu. Dia bilang bagus sih, tapi bikinnya gampang tinggal dimasukkan gambar NOFX-nya. Katanya dia bisa bikin.
"Masa?" saya tidak percaya
Tapi bisa saja kan Andrian iri karna tidak dibelikan juga makanya dia bilang begitu. Lihat saja pergelangan tangannya tidak ada jamnya. Tiba- tiba saya ingat Fandy mau kasih saya surat kalau saya ultah [saya yang minta sebenarnya]. Awalnya dia ga mau ngasih karena takut nanti saya tertawakan, tapi saya bujuk- bujuk akhirnya dia mau juga. Isi suratnya bikin terharu. Trus kita naik ke rooftop kampus sambil lihat sunset. Saya juga minta agar dia sendiri yang baca suratnya. Dan sekali lagi saya bilang terima kasih
Waktu saya bilang, Fandy nanti saya bikin list hadiah untuk tahun- tahun berikutnya ya biar tidak pusing mau hadiahkan saya apa. Fandy hanya bisa terdiam, mungkin ia sedang berpikir keras.