Tuesday, December 20, 2011

PORSENI (day 1)

          

  Rainy Days, 19 december 2011


                Hari yang hujan, gue nggak ngapa- ngapain selain bersih- bersih rumah & gue juga nggak pergi PORSENI.  Jadi, gue mau menceritakan sesuatu...
Now listen my story...
                Pulang dari hari PORSENI (Day 1), gue capek banget. Badan gue pada pegel- pegel, hari itu pun gue pulang jam 3, kan biasanya gue pulang jam 3. (?)
                Pas sampai di rumah gue nggak tidur. Nggak ngantuk juga. Cuma capek aja banget. Jadi, gue Cuma nonton tv sambil makan kue. Nggak lama Try nelfon ke no. Rumah gue (secara gue nggak punya hp) katanya mau ke rumah gue bareng Dilla. (Tumben?) padahal udah mau magrib dan gerimis...
                10 menit kemudian...
                Try datang, tapi dia datangnya sama Dilla yang itu, bukan Dilla yang ini (?). gue kaget. Tumben Dilla yang itu datang. Ternyata, setelah menjelaskan maksud kedatangannya, Dilla & Try ngajak gue ke rumahnya Fika untuk buat mading. Katanya nggak ada yang bisa gambar, trus gue langsung minta izin sama nyokap buat ke rumahnya Fika. Yes, dibolehin. Tapiiii.... nggak boleh lama- lama soalnya nggak ada yang cuci piring. Gubrak!!.
                Sesampainya gue disana, gue disambut penuh sukacita. (hehehe... enak juga jadi orang yang dibutuhkan). Teman- teman langsung menjelaskan tema (tahun baru) mading kita. Gue, zulfah, try, dilla, sakinah, tami, noer, dilla, dan fika semua pada bergerak. Yang ujung-ujungnya pada gosip. Bla...bla...bla...
                Nggak terasa udah jam 21.00. Teman- teman gue udah pada ditelfon orang tua masing- masing kecuali gue. Trus, fika nanya “Kamu nggak dicari?”
Gue : nyokap gue lagi pergi...
Fika heran kenapa gue nggak dicari, nggak lama dia nanya lagi, lagi, dan lagi. Akhirnya gue bilang kalau nyokap gue lagi pergi ke kampung. Gubrak. Bilang kek, dari tadi! Pantas aja nggak dicari, ngomon juga irit banget. hehehe (\^^/)
                Pas jam 22.00 teman- teman pada pulang semua ada sakinah yang naik taxi, dilla, try, dan dilla yang naik motor, tami yang dijemput ibunya. Yang tersisa tinggal gue, noer, dan zulfa. kita bertiga akan memberantas kejahatan  memutuskan untuk bermalam. Setelah semua pulang ruangan yang tadinya rame banget jadi sepi. Kita pun melanjutkan pekerjaan yang masih tersisa sangat banyak (emang tadi kita kerja apa ya? Kok nggak habis- habis??) dan nggak terasa udah jam 23.00. karena pada ngantuk kita tidur dulu sebentar, nanti bangun lagi jam 02.00.
                Ternyata, saking capeknya, kita pada bangun jam 03.30. ngaret  1 stengah jam. Amazing. Alhasil, kita bangun kaget semua. Trus, kita mulai kerja lagi dengan mata yang terkantuk- kantuk. Nggak lama sudah subuh, trus pagi, trus kita kaget. Hah?! Sudah jam 07.30?! Kirain masih jam 06.30an (karena sedang hujan, cuaca selalu terlihat pagi).  Kita tambah panik karena Zulfa harus ke sekolah jam 08.00 (dia kan panitia...), trus jam 09.00 gue mau lomba kaligrafi.
Aaaaarghh!!!
                Setelah menambah kecepatan kerja karena panik akhirnya selesai juga jam 08.30
Gue       :Gimana dong? Kalau gue pulang dulu untuk mandi udah nggak ada waktu?!
Fika        : Mandi aja disini, kayak zulfa
Gue       :enggak ah, nggak mau. Nggak enak lagi mandi tapi nggak ganti baju, atau sekalian aja gue nggak usah mandi? Kan dingin... 
Noer      :gue juga mau pulang dulu, mau mandi trus ke sekolah. Lomba madingnya jam 10 kan??
Gue       : Kok, nggak langsung ke sekolah aja? Plis, kamu nggak usah mandi juga ya??
Noer      : Nggak, gue nggak mau.
                Trus, gimana ya? Kalau gue naik angkot dalam keadaan belum mandi trus ketemu sama anak sekolah lain? Kan malu gue. Atau gue pake topeng aja??
                Tapi pikiran gue nggak terkabul, berhubung ayahnya Fika mau nganterin kita. Horeee...
Sesampainya di sekolah, ternyata lomba kaligrafinya diundur ke jam 10.00. Huh! Tau begini gue mandi dulu, kek!
                Huft, ngaret... ngaret....

Monday, December 12, 2011

Money? Money! Money?!

    Kalau lihat uang Rp50.000, gue jadi teringat kejadian waktu lebaran bulan Agustus. Waktu itu gue dan keluarga mudik ke kampungnya bokap. Perjalanannya ke sana nggak usah diceritan yah, soalnya udah rada-rada lupa :p
    Langsung hari H nya aja, deh. Pas lebaran, semua anggota keluarga alm. Kakek dan alm. Nenek gue pada datang, tapi mereka datangnya agak kesiangan. Jadi, giliran mereka datang sudah layu deh kita. Karena gue malas ketemu sama mereka, gue dan saudara- saudara gue yang lain lebih memilih online di kamar daripada menyambut keluarga (cucu kurang ajar nih!). tapi, kita pada dipaksa untuk segera ke atas menyambut tamu, salaman, basa- basi, bla bla bla, dll...
Setelah itu gue mau balik lagi ke kamar, tapi dicegat nyokap karena nggak enak katanya gue ninggalin mereka. Tapi adek gue dibolehin tuh, jadi gue sama kakak gue sabar aja duduk manis sampai mereka pulang. Nggak taunya pas gue salaman sama salah seorang nenek dia nyelipin uang Rp50.000 ke tangan gue.
Trus Gue sempat ter-pause sebentar. Lalu, segera tersadar (lebay :p). Dan mengucapkan terima kasih sambil senyum yang paling lebar pada hari itu. Trus setelah nenek itu membagikan uangnya dia menanyakan adek gue yang ketiga. Gue bilang dia ada dikamar. Kirain nenek itu mau suruh gue kasi uang 50.000 nya ke dia. Nggak taunya dia malah pergi. Hahahahhaha.... gue sempat heran, karena biasanya kan dia suruh siapa kek untuk wakilkan tapi ini...
    Setelah dia pergi gue ambil langkah seribu ke kamar dan mengipas- ngipas adek gue pake uang itu (pamer gitu :P). Tapi, gue merasa dikacangin soalnya dia tetap adem ayem aja nggak dapat uang dan meneruskan onlinenya. Bayangkan seandanyai gue tadi tetap ngotot mau ke kamar bareng dia pasti gue juga nggak dapat THR. Hehehehehe :D....

Thursday, December 1, 2011

Tragedi


Yup, gue nggak bakalan bisa lupa sama hari itu, hari dimana gue kena bola. Tapi, ingat bukan bola kaki yang biasanya terbuat dari plastik itu, tapi bola itu adalah bola... basket. Kebayang nggak sih, sakitnya gimana?? Mungkin yang dengar cerita kayak gini biasanya nggak ngerasain apa-apa (iya, kalau belum kena!) atau malah ketawa.
Kamis, 24 november 2011
Waktu itu gue lagi semangat-semangatnya beresin kelas. Yah, meskipun itu bukan hari piket gue *nggak sombong yah*. Pas gue mau ambil sapu, gue udah ngeliat anak-anak cowok yang dikelas gue lagi pada main oper-operan bola basket gitu. Tapi, gue tetap adem-adem aja lewat. Nah, pas gue mau balikin tuh sapu, nggak taunya bola basket itu kena perut gue! Gila sakit banget, tapi sebenarnya sih sakitnya masih bisa ditahan gitu. Spontan aja gue langsung jongkok megangin perut gue. Kemudian seisi kelas pada ketawa terbahak-bahak semua cowoknya, ceweknya sih mana tega.
Tiba-tiba... ting! Terbesit dipikiran gue untuk pura-pura pingsan, untuk membuat mereka panik dan sekalian bisa nggak masuk pelajaran matematika. Hohoho~~

Monday, November 7, 2011

let's go green!




Semua omongan tentang melestarikan lingkungan jadi sia-sia, kalau enggak ada tindakan nyata dari kita. Yuk, mulai dari sekarang!


mencabut colokan listrik

Kebiasaan ini pasti sering banget kita lakukan. Padahal, dengan mencabut colokan listrik dan mematikan semua peralatan elektronik, kita sama aja menghemat energi hingga 10%.


mematikan lampu

Duh, berulang kali banyak orang mengingatkan, tapi tetap aja kita masih suka lupa untuk mematikan lampu ketika udah enggak terpakai. Padahal mematikan lampu berdaya 20 watt selama satu jam, kita bisa mengurangi jumlah karbon sebesar 17,8 gram CO2.


menggunakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi

Selain mengatasi kemacetan, bepergian menggunakan kendaraan umum hanya mengeluarkan emisi sebesar 0,19 gram CO2/km. Sedangkan kendaraan pribadi mengeluarkan emisi sekitar 1,4 gram CO2. Pilih mana?


membawa botol minum sendiri

Daripada membeli minuman kemasan yang enggak terjamin kesehatannya, lebih baik kita biasakan untuk membawa botol minum sendiri. Bayangkan deh, emisi yang dikeluarkan botol minum berkemasan 600 ml itu sebesar 842 gram CO2. Wuidih banyak kan?


menanam banyak pohon di rumah

Siapa sih yang enggak senang melihat rumah jadi lebih asri? Yuk, ajak mama untuk menanam pohon di kebun rumah. Apalagi pohon merupakan penyerap alami karbon dioksida. Semakin banyak pohon yang kita tanam, semakin besar jumlah karbon dioksida yang terserap.


See, sebenarnya enggak susah kan untuk lebih peduli sama lingkungan? Semakin banyak orang yang ikut berpartisipasi, bumi kita bakal semakin sehat.

Friday, November 4, 2011

Tata Boga Kemarin....

 
            Waktu pelajaran tata boga, gue pikir diantara 6 kelompok yang punya kelompok paling hancur tuh gue. Paling hancur tapi yang paling seru.
            Ceritanya kita praktek masak opor ayam, dimulailah acara pembagian bumbu dan ayam. Tapi berhubung lesung (alat penumbuk) Cuma satu (kok, nggak pake blender yah?) sedangkan kelompok ada 6 (wow!), harus ngantri gitu, lama gilaaa... mana kelompok gue yang paling terakhir lagi, hiks!
            30 menit kemudian....
Giliran kelompokku!! Dimulai lah acara menumbuk-numbuknya oleh T2 (tika & tenri). Setelah jadi, bumbu itu dipegang oleh, gue! Tapi, kita bertemu lagi dengan ngantri, ngantri kompor gitu. Soalnya, kompornya Cuma ada 4 sedangkan kelompok, ada 6, terpaksa ngantri lagi.
            1 jam kemudian....
Hooaaamm... sumpah lama gila. Pas giliran kelompokku kita mulai semangat, soalnya kelompok yang lain sudah pada menikmati masakan kelompok masing-masing, tinggal kelompokku. Jadi, karena kita nggak mau kalah, kita campurkan semua bahan tanpa  intruksi dari Bu guru, soalnya ibu pada sibuk menilai kelompok –kelompok lain. Jadilah kita mencampurkan bahan menurut feeling. Pas gue ngaduk-ngaduk, gue pun capek dan digantikan oleh cowoknya (Rahmat d:an Fitra), mereka sok-sok masak gitu. Padahal Cuma ngaduk. Hihihi....
            Karena faisal nggak ada tugas, jadi dia disuruh ambil piring. Malapetaka pun dimulai, Berhubung cuaca sedang panas + dekat kompor, keringat pun mulai bercucuran di dahi para cowoknya. Sampai-sampai ada yang netes di wajan (Yuks!). sumpah, ini bukan di dramatisir, gue lihat dengan kepala gue sendiri. Netes. Spontan aja gue teriak jijik, campur ketawa. Semua anggota kelompok spontan pada ketawa, ngakak. Hahahaha....
Lalu, kita mulai ngaduk-ngaduk lagi tuh opor + percikan keringat dari para cowoknya. Hiiiy.... kelebihan vitamin E, deh :p
            20 menit kemudian....
Yatta! Bu guru punya kami sudah jadi.
Bu guru pun mencicipinya, semua anggota kelompok terpaku menunggu jawaban.
            Bu Guru: (dengan wajah yang gimana-gimana gitu) kok, warna opor kalian hitam, dan kental? Trus rasanya juga kayak begini??

            Gue     : tadi, ada keringat jatuh bu.... hehehe....

            Bu guru : (Gubrak!!)
Tapi, meskipun rasa opor kita aneh, jatuh keringat dan Gagal, kita tetap memakannya dengan lahap dan nikmat, kan hasil usaha sendiri :D 

Tuesday, January 4, 2011

Saving water, Please...

Saving Water, Please!

  1. Punya rumah jauh dari daerah resapan air
Tragedi Situ Gintung jadi salah satu contoh saat air menjadi sangat marah sama kita. Seharusnya, daerah resapan air ditanami pepohonan, bukan rumah-rumah. Ketika air tidak bisa lagi meresap ke tanah, dia pasti akan merembes ke tempat lain. dan hasilnya, meretakkan tempat-tempat yang tidak seharusnya.

  1. Buang sampah pada tempatnya
Kita sering menutup hidung ketika lewat selokan atau kali di pinggir jalan yang agak bau dan penuh sampah. Tanpa sadar, kita juga lah yang mencemarkan air dan membuat air jadi kotor dan bau. Mulai sekarang buang tisu bekas keringat, plastik bekas makanan, atau botol bekas minuman ke tempatnya, bukan ke dalam selokan atau kali.





  1. Buang air ke tanah atau tanaman
Usahakan enggak membuang air bekas pakai ke selokan atau aspal jalan. Ini berguna untuk menjaga siklus air di lungkungan kita tetap baik. Misal, kalau minuman yang kita minum enggak habis, buang dulu airnya ke tanah, baru buang wadahnya ke tempat sampah. Air akan menjalani siklusnya dengan lebih baik bila kita membuangnya ke tanah atau tanaman.

  1. Buang baterai pada tempatnya
Kandungan merkuri yang ada pada baterai bisa mencemarkan tanah, sekaligus mengganggu siklus air tanah. Lebih baik bungkus batera dengan plastik dan buanglah ke tempat sampah.

  1. Siram rumput di halaman secukupnya
Berbeda dengan tanaman, sebenarnya rumput Cuma perlu disiram 2-3 hari sekali. Menyiram rumput setiap hari justru mengganggu siklus tanah dan keseimbangan nitrogen dalam tanah. Apalagi kalau siramnya pakai air bersih, boros air, tuh...




  1. Gunakan shower ketika mandi
Mulai sekarang, mandi pakai shower saja, yuk. Penggunaan shower bisa mengurangi volume air yang terbuang, karena air yang keluar lebih sedikit dan kita bisa langsung mematikannya apabila sudah selesai digunakan.

  1. Siram tanaman dengan air bekas aquarium
Air bekas aquarium mengandung nitrate, yaitu kandungan yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Kalau habis mengganti air aquarium, mending gunakan untuk menyiram tanaman. Sehingga tanaman juga dapat membantu air melakukan siklusnya dengan baik.



  1. Tampung air hujan
Kita bisa menampung air hujan di ember atau bak. Nantinya, air hujan bisa digunakan untuk menyiram tanaman, sehingga kita enggak perlu memakai air bersih. Air juga akan kembali ke tanah lagi, kan?

  1. Hindari penyedotan air berlebih
Memang untuk mendapatkan air bersih yang banyak, rata-rata setiap rumah memasang pompa elektrik. Pemasangan pompa ini enggak akan jadi masalah kalau kita tetap mengontrol penyedotan aornya. Penyedotan air yang dilakukan secara berlebihan (sering banget memakai air hingga jet pam menyala terus) akan mengganggu keseimbangan air. Nah, jumlah air yang sedikit dan sudah terganggu keseimbangannya di suatu tempat, dapat melemahkan struktur tanah yang ada di sekitarnya. Sehingga hanya soal waktu saja bangunan yang di atas tanah tiba-tiba ambruk.


Sumber: kawanku N0.48/2009

Saturday, January 1, 2011

Surat dari masa depan

Sebuah surat dari masa depan


Kepada Yth
Manusia
Di
Tahun 2009


Aku hidup di tahun 2050. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah 85 tahun.

Aku mengalami banyak masalah kesehatan, terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih.

Aku fikir aku tidak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku, Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun semua sangat berbeda, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya.

Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang di basahi dengan minyak mineral.

Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.

Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan:
JANGAN MEMBUANG BUANG AIR

Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas. Sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering. 

Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu. Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya.

Banyak orang menjarah air di tempat-tempat yang sepi. 80% makanan adalah makanan sintetis. Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah minum sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari.

Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah.

Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air.

Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan: tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfir bumi semakin habis. Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun.

Para ilmuwan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak bisa membuat air. Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang.

Morphology manusia mengalami perubahan
yang menghasilkan/melahirkan anak-anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.
Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m3 per orang per hari. [31.102 galon]

Bagi siapa yang tidak bisa membayar pajak ini akan dikeluarkan dari
kawasan ventilasi yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen. 

Udara yang tersedia di dalam
kawasan ventilasi tidak berkulitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.Umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun.

Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata.

Disini ditempatku tidak ada lagi pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.Tidak dikenal lagi adanya musim. Perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi.

Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli. Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. 

Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum air sebanyak yang kita mau. Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu.

Dia bertanya: - Ayah ! Mengapa tidak ada air lagi sekarang ?

Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku. ..

Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian
dan banyak orang lain juga !. 

Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukan. Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya, Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah 
mencapai titik akhir.

Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi�
Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini !

Tolong Kirim surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang.

Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita.

Lakukan untuk anak dan
keturunan mu kelak


AIR DANBUMI UNTUK MASA DEPAN

Regards,

Jerry

From: apa kabar dunia

Cukup Kerjaan yang Pakai Target. Bacaan jangan :D

Beberapa bulan yang lalu, saya menonton salah satu youtube binaragawan kesayangan fitnesmania yakni Ade Rai. Padahal tidak ada riwayat sebel...