Kalo tahun lalu
aku lebarannya di Makassar, tahun ini kelaurgaku mudik ke Bantaeng. Tahun ini
aku mudik menggunakan mobil yang atapnya terbuka. Bukan pickup dan bukan truk.
Jadi selama perjalanan aku dengar lagunya A Rocket to the Moon- Going Out
sambil angin tiup- tiup jilbabku. Aaahhh... indahnya duniawi. Tapi itu hanya
bayanganku saja.
Kenyataan yang
terjadi ialah aku duduk berdua sama kakak, di bagian paling belakang dan
tergelap dan terkelam selama abad 21. Dihimpit oleh barang-barang di samping
kiri, kanan dan belakang kepala selama empat jam. Trus pas didepanku ada nenek
yang pake balsem. Oh, kill me now. Karena keadaanku yang begitu, aku
pun muntah setelah lima tahun terakhir nggak pernah. Dan ini terjadi saat lagu
Going Out diputar dan baru 10km dari rumah. Padahal segala macam doa sudah gue
baca.
Sekitar di
kabupaten Takalar, kan penjual jagung banyak. Keluargaku mau beli. Awalnya ngga
mau ikutan makan, karena takut ‘itu’ lagi. tapi karena ngiler dan berusaha
meyakinkan diri, aku makan. Aku minta tolong supaya jendelanya dibuka saja.
Anginnya pun berhembus masuk sambil dengar lagunya JKT48- Apakah Kau Melihat
Mentari Senja. Imajinasi gue mulai terbang lagi à sambil dengar lagu ini, gue sedang
naik sepeda di jalanan sepi yang samping kiri kanannya sawah dan pepohonan.
Trus anginnya berhembus gitu. walau aku ngga punya sepeda sih. Tapi
kebahagiaanku hanya berlangsung sementara. Karena aku ‘itu’ lagi pas di daerah
Jeneponto.
Kemudian aku
terbangun dan mendapati kursi di bagian belakangku membengkok karena barang
yang terlalu banyak dan berat. Yap gue terjepit. Dan perjalanan masih panjang. Aku
pasrah aja deh kalo kenapa-kenapa lagi.
Sampai di
Bantaeng, desa tujuan, rumah tujuan. Perasaanku sudah ngga enak banget dan mau
‘itu’ lagi. Pokoknya aku harus turun sekarang. Karena biasanya kalo sudah sampe
aku harus cepat turun untuk pulihkan perasaan. Masih ingat dengan nenek kan?
Yap, aku ngga bisa turun karena terhalang oleh nenek. Dan turunnya lama banget.
Malah ngga ada pergerakan sama sekali. Jadi ngga bisa dibuka kursinya. Oke, gue
tau kalo dia sudah tua. Tapi, gue udah sekarat dibelakang. Dan karena nenek
belum turun, aku pun ‘itu’ lagi. Kamu jijik? Gue engga. *abaikan.
Aku tiba siang.
Dan sorenya aku di bawa keliling- keliling naik motor lihat bendungan, sawah
dan laut. Lumayan terbayarlah walau ngga seutuhnya penderitaanku yang tadi.
Rabu, 7 Agustus 2013 (Day 2)
Waktu sahur tadi
aku lebih mudah dibangunkan. Pendengaranku memang peka kalo bukan di rumah
sendiri. Setelah sahur, aku tidur sejam trus bangun untuk mau jalan- jalan
subuh. Pengennya sih ke daerah sawah. Tapi kata Papa, disana banyak yang
balapan. Jadi kita ke Pantai Seruni. Sampai disana ternyata banyak anak muda.
Rencananya mau foto-foto, tapi aku terlalu malu untuk dilihat sama mereka. Baru
datang saja udah dilihatin. Eh, struktur pantainya agak mirip dengan pantai
losari yang di Makassar. Mulai pake huruf untuk tulis nama pantau sama ada
rumah sakit didekat situ. Tapi aku lebih suka yang di Makassar sih, penjual
makanannya lebih banyak. Tapi kalo masalah enaknya, enakan disini makanannya
walau penjualnya sedikit.
Menuju
perjalanan pulang, aku lihat ada banyak nama di plaving block. Itu tempat
pedagang baju kalo sore. Jadi supaya ngga bertengkar gara- gara rebutan tempat,
namanya ditulis.
Malamnya seperti
tahun- tahun yang lalu, tiap malam takbiran ada parade- parade masjid yang
keliling- keliling desa. Jadi mereka lewat depan rumah untuk berkumpul di
pantai seruni. Para warga berbaris di pinggir jalan untuk lihat parade sekalian
bakar petasan, kembang api dan mercon. Di makassar mana ada parade seperti ini.
Saking malunya
diliatin foto hasilnya kayak gini.
Malunya mulai berkurang
Kamis, 8 Agustus 2013 (Day 3)
Selamat idul
fitri mohon maaf lahir dan batin ya.
Pagi ini aku
bangun dalam keadaan flu berat. Jadi nggak pergi sholat Id. Seprtinya tadi
malam hujan keras. Kelihatan dari jalanan yang basah sih. Karena nggak pergi,
aku harus bantu bersih-bersih dan siapkan makanan.
Rumah nenek,
seperti rumah induk lainnya, bisa dibilang besar. Namun sudah kurang terawat.
Soalnya rumah itu punya tujuh kamar. Empat diatas, tiga di bawah. Tapi, nenek
sama kakek sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Jadi waktu aku ditugaskan
sendirian untuk bersihkan dibagian atas, aku sempat takut. Siapa tau ada yang
tiba-tiba muncul. Apalagi didepan rumah ada makan kuno. Hiiii...
Setelah
orang-orang kembali dari sholat Id, sudah ada keluarga yang singgah ke rumah.
Aku sih sudah rapi dari tadi & sudah siap salam-salaman, siapa tau ada
amplop yang nyelip ditangan *eh. Tapi dasar kakakku, dia minta ditungguin
padahal belum siap sama sekali. Tamunya keburu pulang deh.
Pokoknya
keluarga silih berganti datang. Nah ada suatu momen yang membuat Mama ngga
suka. Gara- gara ada nenek yang kira aku lebih tua dari kakakku. Karena aku
lebih tinggi dari dia. Trus kakakku tuh senang banget, jadi aku ketawa sambil nge-cie-in dia. Masalahnya
karena aku ketawa cengengesan ngga jelas itulah aku ngga dengar pas ditanya.
Dan yang
seumuranku? banyak. Tapi mereka sudah kuliah semua dan mereka cowok. Jadi? Ya masing-
masing sibuk dengan pikiran bagaimana cara mengatur posisi perut agar muat
dengan beragam macam makanan.
Jum’at, 9
Agustus 2013 (Day 4)
Hari ini kita
mau silatuhrahmi sama keluarga yang tinggal di daerah puncak. Sepanjang
perjalanan, banyak tanaman cengkeh dan biji kopi. Jadi aroma udaranya antara
pegunungan sama aroma cengkeh. Kalo jam 1, disini panasnya hangat. Tapi kalo
udah di Makassar, beuh sudah gosong dari tadi.
Sorenya kita mau
lihat sunset di pantai. Sunsetnya bagus. Soalnya ada tersembunyi di gunung.
Sabtu, 10
Agustus 2013 (Day 5)
Pagi ini aku
bangun cepat. Supaya bisa jalan- jalan ke bendungan. Tapi kalo jalan kaki ke
sana jauh banget. 3 km. Karena jauh, aku malah kembali ke selimut.
Sekitar jam 9
kita mau ke Pantai Marina. Jaraknya ada setengah jam dari rumah. Sampai di
pantai, aku ngga ikut berenang. Soalnya udah panas. Jadi sambil nulis ini di
hape, aku sedang baring- baring di rumah-rumah dekat pantai sambil baca bukunya
Memoar of Sherlock Holmes sambil pake headset dengar lagu ARTTM. Ditemani oleh
angin, suara ciap-ciapnya burung dan suara ombak. Aaaahhh... coba hidup
sesantai ini.
Sore menjelang
malam, aku sakit. Mual campur migren. Jadi waktu keluargaku mau ke pantai
malam- malam, aku sempat ngga mau ikut. Ngga ada yang tau kalo aku sakit. Buat
apa? Sakit kayak gini ngga butuh obat. Maka sepanjang perjalanan dan makan aku
diam. Pas ditanya aku kenapa, aku ngga mau jawab. Takutnya kalo jawab suaraku
bergetar trus nangis. Tapi setelah dibacakan salawat sama papa, aku agak
baikan. Setelah itu aku ketawa- ketawa lagi deh. Hehehe.. Tapi, aku lupa bawa
kamehameha. Eh, maksudnya kamera.
Minggu, 11 Agustus 2013 (Day
6)
Pagi
ini aku sama kakakku nggak ikut jalan- jalan pagi ke pantai seruni. Buat apa?
Kemarin- kemarin sudah. Lagian aku lebih suka suasana malamnya, soalnya nggak
ketahuan kalo aku pake baju nggak maching. Jadi aku lebih memilih selimut
daripada ikut. Dan ternyata adek sama orangtuaku sehabis dari pantai mereka
singgah minum untuk menghangatkan diri di warung! Tau begini, aku ikut. Aku kan
juga perlu kehangatan...
Sekitar
jam 9an, kita mau keliling naik bendi (di daearahku namanya ini). Kita
keliling- keliling ke daerah kotanya, pasar, sawah sama pantai. Rencanya sih
uang THR yang aku dapat mau tabung untuk beli sepeda. Soalnya enak banget
disini main sepeda. Apalagi kalo pake ke sekolah. Bisa jadi orang kedua yang
naik sepeda di sekolah. Kebanyakan naik motor. Ada juga yang naik mobil. Weits.
Rasanya enak ya, kalo minta apa- apa langsung dikasi? Tapi lebih enak kalo pake
uang sendiri sih.
Pulang
dari itu, kita ngga kemana- mana sampai sore. Membosankan? Memang. Tapi
malamnya, kita minum sarabba’ pake telur. Awalnya agak eneg gitu dengarnya,
tapi pas coba malah enak. Warungnya sih masih sepi karena masih suasana
lebaran. Sepertinya kita pelanggan pertamanya hari itu.
Senin,
12 Agustus 2013 (Day 7)
Rencana
pagi ini, kita mau makan sop ubi. Tapi lagi- lagi karena masih suasana lebaran,
warungnya belum buka. Jadi, seharian kita ngga kemana- mana sampai balik lagi
ke Makassar. Sebenarnya banyak wisata yang ada disini, tapi karena waktu yang
singkat jadi nggak bisa.
Pulang
dari Bantaeng, aku ngga ‘itu’. Soalnya aku udah ngga pergi bareng sama tante,
kakek dan nenek. Maafkan aku ya, nek. Dadaaaa..
salam kenal
ReplyDeleteHi, salam kenal balik ya :))
DeleteTujuh hari dan ceritanya banyak banget :D
ReplyDeleteKekeke.. iya, soalnya disana ngga ada kerjaan, jd kerjanya nulis bahan untuk blog :)
Delete