15 Desember 2012 (Packing)
Besok aku study tour ke
Toraja. Cihuy! Hehehe... jadi aku kembali mengecek barang yang mau aku bawa.
Supaya lebih cepat dan nggak ada yang kelupaan, aku buat daftar. Hmm.. sebisa
mungkin aku mau Cuma bawa sedikit barang, ala backpaker gitu. Lagian buat apa
bawa banyak barang, aku disana kan Cuma 3 hari 2 malam. Hasilnya aku Cuma pakai
tas ransel ukuran sedang dan alhamdulillah, nggak ada barang yang kelupaan.
Jadi, besok disuruh kumpul jam 8, karena busnya berangkat jam 9. Okay, it’s
time to sleep and have a nice dream!
16 Desember 2012
Aku bangun jam 05.30 dan
mengumpulkan barang- barang sebuah tas ransel, tas kecil dan kantong karton.
Aku agak ragu untuk sarapan karena takut muntah. Apalagi kan jalanan menuju ke
toraja jauh banget. Tapi karena aku lapar, aku tetap makan. Oh, aku punya tips
supaya nggak muntah.
- Jangan makan- makanan yang berat di Bus. Terutama
minuman bersoda, telur rebus, susu, cokelat dan nasi.
- Minum obat anti mabok. Kalau aku biasanya minum ctm
(obat tidur).
- Jangan banyak gerak dan cari posisi yang enak.
- Tanamkan di kepalamu “Jangan muntah. Masa kamu mau
muntah di lihat sama teman- teman sekelas..”
Aku melirik ke jam dindingku
yang menunjukkan sudah jam 08.15 aku pun berangkat naik bentor menuju ke
sekolah dan tiba jam 08.30. Ngaret setengah jam! Ditambah lagi aku nggak tahu
aku di bus mana, soalnya pas aku datang bus-bus sudah pada berjejer semua di
depan sekolah (ada 8 bus). Aku bertanya kepada anak kelas lain, tapi mereka
semua sibuk. Untungnya ada Tami, jadi kami bersama- sama mencari bus. Ternyata
aku di bus 2. pas aku naik, nggak ada kursi yang kosong. Ada sih tapi bagian
paling belakang. Sudut. Itupun disampingnya sudah diisi oleh cowok- cowok.
Bukannya aku nggak mau tapi, masa selama perjalanan aku diapit sama cowok.
Tami juga sudah duduk
disamping Reski. Karena lihat aku nggak dapat kursi, Reski jadi pindah ke
belakang. Yeay! Tapi pada akhirnya cowok- cowok disuruh pindah ke bus yang
lain. Tapi nggak semuanya, yang tetap di bus Cuma 5 orang, Aziz, Alim (Bruno
Mars versi XI IPS 2), Amri, Arif (Ustadz) dan Herman. Hahaha... mereka jadi
seperti Boyband yang sedang tour.
Selama perjalanan, aku sangat
menikmati pemandangan (aku dekat jendela), mulai dari langit, awan yang seperti
melayang di langit, pohon- pohon, dll. Teman- teman juga mulai memutar musik.
Payphone versi gamaliel, Jangan parkir dihatiku, dll. Lama- kelamaan speaker
temanku lowbat. Ow.. ow...
Sekitar jam 10 an, Bus kami
mogok selama hampir 1 setengah jam. Untung mogoknya masih di daerah kota, coba
kalau sudah masuk wilayah kabupaten. Nggak tahu deh, gimana ceritanya.
Di sepanjang perjalanan, aku
melihat kincir angin, aku kira itu pasar malam. Ternyata bukan, itu tempat
wahana air. Jelas saja aku diketawain satu bus. Aku kan nggak tahu. Tapi itu menginspirasi teman-
teman untuk bermain- main. Seperti rawa- rawa dibilang sungai amazon, sungai
nil. Ada menara listrik dibilang menara eifel. Hahahaha....
Kami pun melanjutkan
perjalanan dan lagu yang paling mendominasi ialah lagunya... Noah- separuh aku
dan Cakra khan. Nggak tahu deh pakai speaker siapa. Bekal makanan yang snack
pun mulai disebar, mulai dari permen, kripik, sampai biskuit. Makanan yang ada
dibagian depan dioper ke belakang dan tidak pernah kembali = habis.
Dijadwal tour, makan siangnya
jam 13.00 tapi karena telat kita tiba jam 14.00 pas bus kami datang, semua
orang sudah pada makan dan sholat. Oh, ya kami makan siang di kabupaten Barru,
di restoran Kupa Beach. Dan pas kami melihat ke arah meja, sebagian isinya
sudah kosong. Yang tersisa hanya ikan goreng, nasi, dan air sayur (isinya sudah
nggak ada). Temanku sampai ada yang nggak mau makan karena menunya yang seperti
itu. Tapi kalau aku tetap makan, kan menempatkan diri. Daripada nggak makan.
Kebetulan ada guru yang mendengar dan dia pun menyuruh makan, tapi dia nggak
mau. Dia pun dibelikan nasi bungkus. Guru yang baik.
erni
Setelah makan dan sholat. Aku
dan Tami sempat foto di pantai, kemudian Erni dan Dilla datang dan mereka
ikutan. Aku juru kameranya karena selain aku yang punya kamera, aku lagi nggak
kepingin di foto. Karena kalau aku memaksakan dijamin, hasilnya kalau bukan
aneh pasti jelek. Jadi mending nggak usah. Baru beberapa kali jepretan, kami
sudah dipanggil- panggil. Ow.. ow.. sayangnya. Padahal pemandangannya keren
juga nggak ada orang. Oh kecuali turis yang berasal dari Jepang itu.
Karena kameraku ada di
temanku, aku mau mengambilnya kembali. Tapi dia tetap membawanya sampai ke bus.
Daaaan... bisa ditebak, semua pada berebut mau foto. Bukannya aku nggak mau pinjamkan,
tapi kamera itu masih baru banget. Baru tadi malam dibeli. Takutnya kan kalau
banyak tangan- tangan yang pegang. Bisa- bisa jatuh atau kacanya tergores. Tapi
disatu sisi aku nggak enak juga melarang, kan entar kesannya kayak gimanaaa
gitu. Jadi aku relaiin aja tuh kamera, dipakai. Dengan pengawasanku. Tentu
saja!
Menjelang sore, kami singgah
di Gunung Nona. Aku pun turun dari bus, dan melihat banyak banget yang muntah.
Baik itu guru, kakak kelas dan anak kelas 2. Terima kasih ya Allah, aku nggak
muntah. Padahal kalau perjalanannya jauh dan berliku biasanya aku mabok.
Mungkin karena aku menikmati setiap perjalanan dan menanamkan alasan no. 4.
teman- teman pun mau difoto lagi dengan latar belakang Gunung Nona. Dan lagi-
lagi aku nggak mau difoto.
Memasuki jadwal sholat
Maghrib, kami singgah lagi di sebuah masjid di Toraja.
Oh ya, Toraja juga punya
bundaran HI seperti yang di Jakarta loh.
Kami tiba sekitar jam 22.00.
Penginapan yang kami pakai ada 4. karena satu wisma nggak cukup untuk menampung
kami semua. Teman- teman bilang, itu penginapan yang paling terpencil.
Penginapan yang aku tempati. Iya sih. Tapi menurutku nggak terlalu masalah
selama masih layak untuk dipakai istirahat. Teman-temanku kebanyakan mengeluh
karena nggak ada stop kontak. Iya sih. Trus nggak ada tv dan airnya yang kurang
lancar. Aku sekamar ada 4 orang. Aku, tami, dilla dan erni. Setelah meletakkan
barang- barang, aku berkunjung ke kamarnya Dewi. Tahu nggak, kamarnya bau rumah
sakit gitu trus wc nya bau. Kayak orang sudah habis buang air kecil tapi nggak
disiram. Hiiii... mana lagi karena kita pandatang, nggak boleh bicara
sembarangan. Karena mereka (dewi, kanita) takut. Mereka mengungsi di kamarku,
sambil membawa kasur dan bantal. Jadilah kamarku sesak tapi menyenangkan. Tapi
teman sekamarku yang lain enggak.
Diantara semua kamar, kamar
no. 14 (kamarku) yang paling jarang terbuka. Dan aku yang paling cepat bangun. Hoams...
Good night!
No comments:
Post a Comment