Last day of High School forever!
Tidak seperti pagi- pagi kemarin yang masih dibangunkan, hari ini aku
bangun sendiri. Pukul 5 mataku secara refleks langsung terbuka. Mungkin karena tadi malam aku
sudah niat kali ya. Setelah beres- beres rumah sebentar, aku siap- siap mau ke
sekolah. Mendengar pengumuman dirangkaikan dengan perpisahan. Trus cowo nya
pakai jas dan cewe nya pakai kebaya. Pengennya sih aku mau pakai kebaya sama
sepatu kets, sneakers atau apapun itu asal jangan high heels, wedges atau slop.
Nanti jalannya gimanaaaa??? Kalau makeup, aku pakai sendiri. soalnya kalau di
salon biayanya mahal dan terlalu menor. Takutnya aku yang imut ini nanti kayak
ibu- ibu mau kondangan.
Pukul 7, sahabatku yang namanya kembar
denganku datang. Awalnya dia mau makeup di salon, tapi akan kena biaya yang
mahal kalau dia Cuma sendirian. Trus temen- temenku yang lain mau pakai hijab.
Aku sih no #indonesianidol biasa aja. karena mukaku tuh ngga cocok sama model
hijab jaman sekarang. Dariapada aku ikut- ikutan tapi ngga pede, mending
sederhana tapi pede. Belajar dari pengalaman sebelumnya sih, hehehe. Sampai di
sekolah, aku dan Nabila pisah dan cari temen masing- masing. “Nabila, kamu
gabung tuh sama cewenya di depan”. Saran temenku yang cowo. “Hah? Siapa?
memangnya sudah ada?” tanyaku sambil berjalan ke depan.
Mereka pada hijab dan makeupnya tebel
bingits kaka. Saat sedang menunggu acara, dua temenku yang cowo, Aziz sama
Budi, panggil aku dari belakang. aku pura- pura ngga denger, punya feelling
ngga enak soalnya. Pada akhirnya aku berbalik “ya?” dari ekspresi dan bahasa
tubuh mereka, mereka hanya mau lihat model jilbab dan makeup ku gimana. Gaje
banget emang, trus mereka pada ketawa- ketawa ngga jelas campur cengengesan
gitu. dari sekian cewe di kelas, kenapa malah aku yang diketawain
“Nabila mau dimanapun tetap simpel” ujar Dila. Aku tersenyum, aku anggap itu sebagai pujian. Hehehe.
Dan ternyata emang udah
rame.
Dan mereka tuh pada beda semuaaaa.
“Nabila mau dimanapun tetap simpel” ujar Dila. Aku tersenyum, aku anggap itu sebagai pujian. Hehehe.
Jam terus berjalan, sambutan demi sambutan sangat membosankan. Aku jadi
pingin tidur. Temen- temenku yang dibelakang pada sibuk selfie- selfie, di
depan juga gitu. setelah acara resmi selesai dan anak kelas 12 terima plakat.
Ngantukku pun udah terbang. Aku, tami, dewi, ica, dhini, ayu, wahida sama
hasrifah antri photobooth (tulisannya gini ya?). hasilnya cantik deh.
Kalian punya temen yang ekspresinya datar banget ngga? Kata temen- temenku
sih gitu. aku kalau diajak cerita ngga ada ekspresinya. Masa sih? Sewaktu
berpapasan dengan cowo kelas 12, dia mau senyum ke aku. tapi karena ekspresiku
yang datar senyumnya ngga jadi. Trus cowo yang berikutnya juga gitu, bukan
temen kelas tapi sempat satu les. Dia mau senyum tapi lihat mukaku yang datar
ngga jadi lagi. Maafkan, aku kalo ngga akrab atau ngga kenal sama orang kayak
gitu. Hehehe.
“Nabila boleh pinjam kameramu nda?” tanya Aziz
“Boleh. Tapi jangan jauh- jauh ya”
“Iyeee”
Ternyata dia mau foto sama bapaknya. Ah, so sweet banget.
#sekilasinfo amri punya hape baru. Mereknya Oppo.
“nabila pinjam lagi dong”
“Ciee mau foto sama siapa?”
“Ada anak kelas 10”
“Kayaknya aku tau deh”
“Sok tau”
“Yang anak 10-9 itukan? Yang anak paskib?”
“He-eh. Hehehe. Kok tau?”
“Taulah” kataku dengan nada sok.
“Sini aku bantu cari. Sepertinya kita harus ke bagian adik kelas.” Semoga
dia tidak menyadari maksud terselubungku ini.
Satu persatu temen- temenku sudah pada pulang. Tinggal aku, Nabila, Aziz
sama Amri. Tapi Amri lagi antar Tami ke depan. Nabila juga dari tadi minta
pulang terus. Padahal kapan lagi bisa kumpul bareng mereka. Kepalaku juga sakit
banget gara- gara dengar suara drum yang bertalu- talu dan suara sang vokalis
cowo itu ditambah lagi suara tes-tes gitar listrik yang bunyinya
‘ngiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnngggggggg’. Efeknya sampai malam bo’
“Bagaimana kalau kameramu aku pinjam?”
Ide yang buruk “Jangan. Cari saja adik kelas itu”
“Tadi katanya dia mau ke faisal nanti kembali lagi. Tapi kamu sudah mau
pulang?”
Aku menaikkan turunkan alis sebagai jawaban iya “Kembali? Ngga mungkin dia
kembali ke sekolah lagi.”
Nampaknya Aziz terkejut mendengar dia tidak kembali “Nanti aku antar ke rumahmu
deh.”
“Oh? Kapan?”
“Sebentar”
“Naik apa?”
“Motor”
“Sama siapa?”
“Sama siapa?” dia mengulangi pertanyaanku dengan nada meledek “Ilham”
“Ilham? Hahaha. Jangaaaaan” kataku malu sambil menutup mukaku dengan tas.
“Ya sudah. Aku sendirian deh.”
“Tetap tak boleh. Sudah ah aku mau pulang”
“Yo. Hati- hati”
Aku mengangguk.
Sebenarnya maksudku mau temani dia cari adik kelas sekalian mau ketemu
Ilham, yap pemain futsal itu.
Comments
Post a Comment