Malam yang Gaul



Waktu hari Sabtu kemarin, kita diundang buka puasa sekaligus merayakan sweeet seventeennya Dhinie. Kalau waktu kelas 10 dan kelas 11 aku jarang datang dalam acaranya teman- temanku. Pokoknya di kelas 12 ini semua acara temanku harus aku datangi. Apalagi kita kan sudah kelas 12. Besok- besok pasti sudah jarang kumpul lagi. Dan jangan sampai aku meninggalkan kesan “ngga usah undang Nabila, dia pasti nggak datang”. Duh.
            Tapi ini malah keseringan datang. Muehehehe.. Nah, karena acaranya ini dia mengundang semua temannya, mulai dari teman SMP, teman kelas 10 dan teman kelasnya sekarang. Kan bakalan rame tuh, jadi aku berangkatnya sama Tami. Nanti ketemu sama Ayu di sekolah.
            Setelah ketemu di sekolah, kita berangkat sama- sama naik angkot. Kita sempat memandang ke arah parkiran sekolah,
            “Kok banyak motor di sekolah?”
            “Nggak tahu. Mungkin motornya anak yang main futsal”
            “Kalo anak futsal bawa motor sendiri- sendiri, kita? Syukur- syukur kalo dapat tumpangan. Kalo enggak? Yaah.. naik angkot.”

Tapi nggak ada yang tahu rumahnya Dhinie dimana jadi kita kesasar di lorong yang salah. Tami pun telfon Amri karena dia bawa motor. Dia datang untuk jemput tapi karena kita ganjil, Ayu yang diantar duluan. Setelah itu dia kembali lagi untuk antar aku sama Tami. Nggak perlu tahu siapa yang ditengah. Karena nggak mau malu, aku sama Tami minta diturunkan jauh- jauh dari rumahnya Dhinie. Tapi malah kejauhan.
            “Jalan aja masuk kesana”
            “Rumah yang manaaa??”
            “Ituuu yang ada motor warna biru”
            “Kok sepi?”
            “Nggak tahu. Kayaknya sih itu. Aku cari parkiran dulu ya.” Amri pun melesat pergi.
Kita pun jalan masuk dengan penuh keraguan. Sampai di depan rumah yang ada motor warna birunya, kita bilang “Assalamualaikum.. Dhinie” sampai berkali- kali nggak ada orang yang keluar. Ini serius ada acara disini? Nggak lama ada cewek cakep mau masuk rumah, habis beli gorengan. Dia bilang “cari siapa?”. Aku sama Tami Cuma berpandangan. Ketawa. Kemudian lari.
            Amri sialaaaaaaaaann. Dia menurunkan kita di tempat yang salah. Karena bukan daerah kita, Tami pun menelfon Amri. Yang kemudian dia datang dengan cengengesan. Ternyata rumahnya ada di jalan sebelah. Yaelah.
            Pokoknya seru lah, kumpul sama anak- anak, meski nggak semua datang. Mudah- mudahan tahun depan, bisa kumpul lagi. Tapi sayangnya aku nggak bawa kamera. Padahal ini puasa terakhir kita sama- sama di kelas 3.
            Kita cerita- cerita sampai jam 8an lewat. Nggak sholat tarawih nih. Awalnya sih, kita mau pulang naik angkot, tapi kita punya ide jalan dari sini ke sekolah (dari jalan Faisal ke Pettarani). Nanti di sekolah, naik angkot deh. Hitung- hitung hemat ongkos 4.000 lah. Lagian besok- besok mana bisa keluar malam sampai jam 9 kayak gini. Jaraknya? Jauh banget. Tapi karena kita bertiga (Aku, Tami, Wahidah) jadi nggak kerasa.     Berhubung ini pertama kalinya aku keluar malam, tanpa alasan tugas. Malam ini aku merasa gaul.

       Happy Birthday Dhinie! Tahun depan, Panggil kita lagi yaa..!

Comments

  1. hahaha ini ngga mainstream nih kalo buber sambil ulangtahun :D

    ReplyDelete

Post a Comment