Kota Tangerang!
Saat
menulis postingan ini, mataku sudah 5 watt. Ngantuk banget. Tapi aku pingin
nulis. Ceritanya tanggal 14 Agustus kemarin, aku pergi ke Tangerang. Omku minta
tolong jagain tanteku sampai melahirkan, om ku kan kerja sampai malam. Awalnya
orangtuaku agak berat melepaskan satu dari empat buruhnya di rumah. Tapi yaaa
namanya juga orang minta tolong banget. Lagian pesawatnya juga dibayarin kok.
HAHA!
Dari rumah ke bandara memakan waktu 2 jam-an
kalau macet. Jarak rumahku ke bandara Sultan Hasanuddin memang jauh banget,
dari ujung ke ujung. Tiba dibandara, aku kaget soalnya aku sudah ngga
berpantat, yah sudahlah, ini kan gara- gara kelamaan duduk.
Trus dia kaget pas tanya apa aku punya kartu pelajar tapi yang ku keluarkan KTP.
Masih ada waktu setengah jam
sebelum keberangkatan. Aku pun menunggu di gate 6 sambil mengedarkan pandangan mencari darah suci. Rata- rata
yang mau berangkat orang kantoran. Sambil menunggu aku baca buku Little Women.
Kalo sedang menunggu untuk hal- hal penting, aku lebih suka baca buku ketimbang
dengar lagu. Meski tau aku ngga bakalan bisa konsentrasi, terbukti dari halaman
yang ngga berpindah dari tadi. Pandanganku hanya berpindah-pindah dari
buku ke langit-langit ruang tunggu. Bandara
Sultan Hasanuddin emang keren ya, ngga heran kalo masuk 3 besar bandara terbaik
di Indonesia pada tahun 2011. Tak hanya itu, bandara ini juga menerima
penghargaan untuk kategori Bandara Baru Padat dan Toilet Umum Bersih. Kemudian
pada tahun 2012 bandara ini kembali menerima sejumlah penghargaan. Beberapa
penghargaan tersebut adalah Best Airport dan Creative Airport pada Bandara
Award 2012.
Sumber: Travel.detik
Jam sudah menunjukkan
pukul 19.45 WITA, aku pun mengemasi buku, hape dan earphone yang sempat ku
keluarkan. Untungnya aku hanya bawa ransel, sama sekali ngga repot. Sempat
kepikiran mau pake koper, kesannya kayak dewasa gitu. Tapi barangku Cuma
sedikit. Saat mencari kursi, aku baru sadar kalau aku duduk ditengah. Samping
kananku cewe tapi mukanya lihat ke luar jendelaaa terus, kayak ngga mau lihat
mukaku. Apa mukaku bikin dia tersugesti untuk mual ya? Semoga bukan itu
alasannya. Dan samping kiriku bapak-bapak separuh baya. Yang aku khawatirkan
gimana cara nahan kepalaku agar saat tidur tetap tegak. Orang yang duduk di
depan sebelah kananku, pria yang kelihatannya cakep. Soalnya aku lihatnya dari
samping. Dia pake kemeja putih, dengan kulitnya yang putih juga, kacamata
berbentuk persegi
panjang, rambutnya agak berduri. Dan dia sudah
tertidur. Ngga lama setelah pesawat lepas lamdas. Mukanya tenaaaang banget
waktu tidur. Imut gitu. Ish, jadi pingin elus pipinya. Sayangnya tanganku ngga
sampai.
Aku
tertidur dengan kepala yang berhasil tetap tegak. Tapi gara-gara telingaku
sakit aku terbangun. Sakitnya campur dengan telingaku yang berdengung, sampai
pendaratan. Aku menunggu di depan pintu kedatangan dan om ku belum datang.
Sempat takut juga sih, soalnya ini sudah jam 23.00 beberapa taxi mulai
menawarkan jasanya. Aku hanya menggeleng dan merapat ke sebuah rombongan
keluarga.
Om ku datang 15
menit kemudian.
Kota Tangerang
emang cantik banget ya. Apalagi kalau malam. Jalanan favoritku saat memasuki
wilayah Gading Serpong. Arsitektur kotanya teratur. Pokoknya cantiklah. Eh, di
Tangerang masih banyak tanah yang kosong ya? Dan rata- rata dipakai untuk
perumahan gitu. Trus masjid disini kok jarang? Malah cenderung ngga ada (kecuali
di kompleks perumahan), ada apa?
Meski sebulan disini, aku
ngga sempat jalan kesana kemari. Karena ngga ada yang antar. Palingan keluarnya
hanya sabtu-minggu. Tapi aku datang pas Festival Kuliner Serpong Sulawesi.
Temanya yaa bisa ditebak lah. Rumahnya rumah tongkonan yang ada di Toraja,
panggungnya dari perahu pinisi dan baju adatnya baju bodo. Omku sama tanteku
senang banget bisa pesan Coto Makassar seharga 35.000. Ya ampun di Makassar
harganya cuma 11.000 doang. Tadinya mau pesan soto ayam, tapi ada komposisi
tidak halalnya jadi makan bebek goreng sama es jelly. Eh, es jellynya enak
banget lho..
Comments
Post a Comment